Sunday, June 11, 2006

Bantul, 10 Days after the Quake


Now living on the street...

Indonesian Army helping villagers to 'ruin' the quake-damaged house

1 comments:

Anonymous said...

Jadi teringat pas ikut baksos di sana.
Melihat nenek2 yg duduk termenung direruntuhan rumahnya sambil menatap kejauhan.
Entah apa yg ada dibenaknya.
Entah apa yg dipikirkannya.
Tak ada lagi rumah untuk bernaung.
Tak ada lagi tempat melepaskan penat.
Tak ada lagi canda dan tawa disekelilingnya.
Semuanya diam membisu.
Semuanya menatap sedih.
Bantuan datang dan mengalir.
Tapi tak ada bisa menghapus duka dan lara.
Tak ada yg bisa menghapus ketakutan dan trauma.
Reruntuhan menjadi saksi bisu akan duka dan lara; akan ketakutan dan kekuatiran; akan kehilangan.

Hati terasa teriris melihat penderitaan.
Hati terasa ikut berduka melihat duka dimata mereka.
Hati terasa pedih mengingat dimana mereka akan bernaung.
Hanya doa yg tulus yg mampu kupanjatkan.
Hanya bantuan sekedar yg dapat kuberikan.

Apalah arti manusia, dibandingkan kebesaran Tuhan?